Written by Dasastian |
Saturday, 09 June 2012 15:52 |
Islam tidak berbenturan dengan
budaya lokal, tentunya budaya yang direkonstruksi ulang dan diisi oleh
nilai-nilai Islam di dalamnya.
Islam adalah agama yang bersumber dari
wahyu, sedangkan budaya adalah hasil kreasi dan olah pikir manusia yang
dipengaruhi oleh alam dan lingkungan di sekitarnya. Budaya itu ada yang
senafas dan sejalan dengan misi Islam, terkandung nilai-nilai tauhid,
memotivasi seseorang untuk berorientasi, tidak hanya di dunia, tapi
juga di akhirat.
Dikatakan oleh wakil sekjen MIUMI, Fahmi
Salim, sesungguhnya budaya itu bisa dimanfaatkan untuk mendukung
dakwah. Hal itu pernah dilakukan Walisongo, seperti Sunan Kalijaga yang
menjadikan wayang kulit sebagat sarana dakwahnya. Apa yang sudah
dilakukan walisongo, hendaknya kita hargai sebagai ijtihad.
Di masa sekarang, hendaknya kita
lanjutkan dan sempurnakan lagi agar tidak bercampur sinkretis. “Budaya
yang masih kental dengan unsur Hindu, dan hal-hal yang terkandung
kekufuran, sebaiknya dihilangkan, lalu diisu ulang dengan nilai-nilai
Islam.”
Pemimpin gerakan dakwah pada masa
modern, seperti Hasan al-Banna, ternyata sangat menghormati seni budaya,
dengan mendirikan sebuah teater bernuasakan Islam. Untuk mendukung
dakwah, digelarlah teaterikal kisah-kisah kepahlawanan Islam. Budaya
yang bernafaskan Islam ini tentunya tidak bertentangan.
“Sesungguhnya, kemungkaran atas nama
agama itu berbahaya. Adalah sebuah kefasikan, jika ada kelompok liberal
yang mengatakan, maksiat berasal dari Islam, yang haram dibilang halal.
Kita tidak setuju dengan kekerasan, tapi kemungkaran atas nama agama,
kemaksiatan atas nama kebebasan berekspresi dan berpendapat, itu jauh
lebih berbahaya,” tegas Fahmi Salim mengakhiri perbincangan.
sumber : http://miumipusat.org/index.php?option=com_content&view=article&id=128%3Abudaya-yang-tidak-merusak-tidak-berbenturan-dengan-islam&catid=34%3Anews&Itemid=63&lang=en
|
Budaya yang Tidak Merusak Tidak Berbenturan dengan Islam
Reviewed by Obet
on
June 17, 2012
Rating:
No comments: