Sumber : nu.or.id
|
Sunday, 10 June 2012 15:38 | |
Feminisme dan Liberalisme merupakan
paket yang sangat berbahaya. Ahad (10/06/2012), Henri Sholahuddin, MA.,
yang merupakan salah satu anggota MIUMI, berbagi tentang Liberalisme
yang lebih spesifik kepada Feminisme. Beliau mengungkap secara detail
ilmu yang sedang hangat menyebarkan kerancuan ini.
“Akidah adalah pondasi, kalau pondasi rusak maka bangunan akan rapuh.”
Begitulah penggalan kalimat yang mengawali tausiyah ustadz Henri dalam
kuliah dhuha yang diadakan di AQL Islamic Center hari Minggu, 10 Juni
2012.
“Feminisme adalah produk liberalisme yang merupakan trauma orang barat kepada Tuhannya”,
tandas ust Hendri dalam tausiyah singkatnya tersebut. Feminisme dipicu
oleh ketertindasan terhadap wanita yang ada di barat dengan adanya
inquisisi.
Beliau juga menyebutkan bahwa sebenarnya
istilah gender itu berasal dari barat yang diadopsi dan diterjemahkan
begitu saja ke dalam bahasa Indonesia yang pelaksananya pun dipaksakan
dari tingkat menteri sampai bupati/walikota.
Apa sih dibalik istilah gender itu sendiri?
1) Untuk
meruntuhkan anggapan bahwa karakteristik laki-laki dan perempuan
lebih ditentukan secara biologis ketimbang sosial dan kultural
2) Diarahkan untuk menyamai/menyaingi bahkan merebut peran laki-laki di ranah publik. Sebab perempuan cenderung dikategorikan sebagai simbol yang lemah dan bergantung 3) Konsep gender yang dibentuk secara sosial dimaksudkan untuk tidak melihat perempuan sebagai kebalikan dari laki-laki yang lebih cocok untuk melahirkan anak, mengasuh, dan merawat
Sebenarnya gender bukanlah sesuatu yang
kita miliki dari lahir tapi suatu pekerjaan sosial yang dilakukan di
ranah publik. Perbedaan laki-laki dan perempuan dibedakan bukan atas
jenis kelaminnya tapi peran sosial yang dia lakukan di masyarakat.
Dengan masuknya paham-paham liberalisme tersebut, terjadilah kebingungan di kalangan umat:
- ahli tahajjud tapi pikirannya Marxist
- getol puasa tapi pendukung sekularisme - percaya rukun iman, tapi ragu akan isi al-Quran - berjilbab tapi memandang syariah bias gender, bahkan menghalalkan lesbian - memahami tauhid tapi pola pikirnya tidak tauhidi (integral)
Keserasian menghasilkan keterpaduan yang
utuh dan ketentraman lahir batin. Ia mengubur iri dan ambisi untuk
merebut apa yang dimiliki orang lain. Keserasian lahir dari perbedaan.
Setiap pebedaan diperankan sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya.
Sebaliknya istilah “kesetaraan gender” sering diekspresikan sebagai ketidakpuasan untuk menuntut kesamaan peran dan kedudukan.
Dalam bukunya yang berjudul “Indahnya keserasian Gender dalam Islam”, ust Henri menyebutkan bahwa serasi itu indah. Serasi tidak harus sama dan tidak menuntut kesamaan dan persamaan, apalagi penyamaan. Sebaliknya apa yang diperjuangkan oleh penganut paham liberalis yang mengaku memperjuangkan hak-hak kaum feminis yang mengangkat lesbianisme sebagai simbol kemandirian akan menghancurkan institusi sebuah keluarga.
Wallahu a‘lam bishawab.
|
|
sumber : http://miumipusat.org/ |
Feminisme: Warisan Sampah Barat
Reviewed by Obet
on
June 17, 2012
Rating:
No comments: